Kamis, 18 September 2014

MEREKA ADALAH PERMATA-PERMATA SORGA

Begitu banyak pelayanan yang ada di gereja saya namun tahun 2008 saya memilih untuk menjadi seorang guru sekolah minggu. Mengapa? Karena waktu saya duduk menjadi murid sekolah minggu, ada satu pribadi “kakak” yang menginspirasi saya di gereja saya dulu, karena kakak itu saya jadi belajar untuk berani tampil di depan, berani berkreasi, berani bergaul dengan orang lain, berani belajar untuk mengasihi orang lain lebih dari diri saya sendiri, belajar berdoa dengan rajin, belajar memberikan waktu bagi murid-murid sekolah minggunya.

Sejak itu, saya juga diteguhkan lewat mimpi banyak sekali anak-anak kecil dengan pakaian sobek dan jelek sekali muka-muka mereka berteriak meminta tolong, menangis dan sebagainya. Itu membuat saya terpanggil menjadi seorang guru sekolah minggu. Awalnya saya kira mudah menjadi seorang guru, namun... kreativitas guru, waktu seorang guru, kesetiaan seorang guru bahkan teladan seorang guru itu sangat dilihat oleh murid-muridnya.

Jatuh bangun, semangat, malas, jenuh sempat saya lewati, beberapa kali merasa jenuh dengan pelayanan ini ingin mencoba pelayanan yang baru tapi berulang kali juga Tuhan memanggil dan meneguhkan saya entah itu lewat FirmanNya ataupun lewat hambaNya langsung. Pernah satu kali saya merasa sangat jenuh dengan pelayanan ini saya harus bangun pagi setiap hari minggu dimana senin-sabtu saya sudah banyak aktivitas yang saya jalani, setiap minggu saya harus bangun pagi untuk ngajar sekolah minggu dan setelah itu jam 10 baru ibadah umum. Tapi saat itu juga Tuhan bicara lewat hambaNya, ketika saya mau menghadap leader saya untuk berhenti melayani saat itu juga ada pesan yang begitu kencang dan membuat saya tercengang dimana leader saya berkata jangan sampai ketika Tuhan datang kita sedang tidak mengerjakan pekerjaan Tuhan dan kita sedang bersantai-santai atau bahkan kita tidak di ladangnya Tuhan.

Saat itu saya memutuskan untuk meminta maaf sama Tuhan karena niat saya yang ingin mengundurkan diri dari pelayanan saya, haaaaa.......

Padahal dibalik itu, saya banyak hal sekali ketika mengajar anak-anak, belajar hal-hal baru dari dunia mereka, saya dibawa kembali ke masa lalu saya dimana hidup saya sangat ditolong dengan kehadirian kakak-kakak sekolah minggu. Dimana senin-sabtu mungkin mereka memiliki masalah, beban dan tekanan yang tidak bisa ia ceritakan kepada siapa-siapa entah itu omelan dari guru, tugas-tugas yang menumpuk, omelan dari mama papa yang membuat anak-anak capek.  Dan saat hari minggu banyak dari anak-anak yang menanti-nantikan sekolah minggu untuk meluapkan rasa capek dan masalah-masalahnya sehari-hari.

Oke itu hanya pembukaan saja hahahah panjang ya, no.. i just want to share about last Sunday, dimana seluruh kakak-kakak pembina STAR (Saya Tentara Surga) adalah nama dari sekolah minggu di gereja saya, yak pada hari minggu lalu tanggal 14 September kami ada gathering pembina acara gathering biasanya sih hanya fellowship nyanyi dan main games tapi kali ini dibuat berbeda kami semua diajak menonton sebuah film.

Saya sempat bertanya sama leader saya, “Kak hari ini kita nonton apa sih?” karena katanya durasi film yang cukup lama hampir 3 jam. O...ow. haha. Dijawablah dengan Kak Rina, “Ada deh, nonton film India.”
Ohh saya cuma mengangguk mengerti.

Setelah makan lontong sayur nikmat pagi itu kami pun bergegas duduk manis karena acara nonton bersama akan dimulai, pagi itu ruang doa Getsemani di isi dengan kakak-kakak kurang lebih 40 orang ditambah lagi dengan para musisi. Ketika film diputar benar banyak kakak-kakak yang kaget karena kami beneran nonton film india, hahaha. Ada kakak-kakak yang anti dengan film India tapi ia berusaha untuk taat sehingga mengikuti film sampai habis.

Film itu berjudul Taaree Zameen Par – Every Child is Special – Aamir Khan Production.


Ya, film yang menyentuh dan menegur saya banyak hal yang dapat diambil, cerita dari film ini adalah seorang anak bernama Ishaan yang kurang dalam kemampuan menghitung dan menulis namun dibalik itu ia memiliki bakat yang luar biasa ia bisa menuangkan imajinasinya lewat sebuah lukisan indah, sayang ayahnya hanya menuntut anak ini untuk menjadi pribadi yang dapat “bersaing” sehingga ia selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang sangat pintar dalam menghafal, menghitung dan menulis, Yohan selalu menadapatkan juara kelas di sekolahnya.
Kata hujantan, hinaan keluar dari teman-teman Ishaan bahkan dari mulut ayahnya sendiri, “bodoh, idiot, pemalas, nakal, dsb.” Kehabisan akal kedua orangtuanya berniat untuk memindahkan Ishaan ke asrama tengah semester ini karena guru di sekolahnya saat ini mengatakan Ishaan akan tinggal kelas lagi karena tidak ada perubahan dalam dirinya.

Dengan berat hati Ishaan dipindahkan ke asrama, di sana ia juga tidak mengalami perubahan karena cara mengajar guru yang otoriter dan membuat Ishaan semakin takut dan tidak bisa menggali potensi yang ada dalam dirinya, ia jadi taut bergaul hanya menunduk ke bawah, sempat ia seperti anak depresi yang ingin bunuh diri, jauh  dari keluarga dan merasa sendiri, sedih dan tertolak. 

Sampai satu ketika ada seorang guru pengganti mata pelajaran keseniaan, bernama Nikumbhcara mengajarnya yang seru, hati yang ramah dan dekat dengan anak-anak membuat anak-anak nyaman berada dalam kelas itu. Namun tidak dengan Ishaan ia terus merunduk ke bawah tanpa menghiraukan kehadiran “malaikat” baru di dalam kelas itu, sampai akhirnya Nikumbh terdorong untuk mencari tahu apa yang membuat Ishaan depresi seperti ini, takut dengan kehadiran orang lain. Ia berusaha mencari kelemahan-kelemahan Ishaan segala cara ia lakukan bertemu dengan keluarga Ishaan dsb.

Singkat cerita, ia memberikan waktu lebih kepada Ishaan untuk mengajarnya menulis dan membaca, disamping mengajar di sekolah itu Nikumbh juga memiliki yayasan anak-anak berkebutuhan khusus jadi ia paham sekali bagaimana harus memperlakukan anak-anak special ini. Sampai satu ketika Nikumbh membuat satu lomba melukis yang cukup besar dan melibatkan para guru. Disitu terlihat dimana guru-guru yang otoriter yang jago dalam bidang mereka masing-masing itu kesulitan untuk melukis indah, ya... tapi Ishaan yang dianggap “idiot dan bodoh” oleh guru-guru hebat itu ia bisa memenangkan lomba besar itu!!! Hasil lukisannya dijadikan cover buku tahunan dalam sekolah itu, bahkan ia mengalahkan gurunya yaitu Nikumbh  ketika liburan sekolah, kedua orangtuanya Ishaan menjemput dan betapa terkejutnya mereka bahwa buku tahunan yang dipegang oleh seluruh orangtua hari itu adalah karya anaknya, lukisan indah penuh makna, dan yang lebih mengejutkan adalah ketika mengambil raport nilainya bagus dan membanggakan. 


Tidak selamanya anak-anak yang membutuhkan perlakuaan khusus itu adalah nakal dan tidak bisa diatur. Disitu saya tertegur bagaimana cara saya mengajar anak-anak selama ini? Masihkah saya memilih siapa anak-anak yang saya “sayangi”? siapa anak2 yang saya “jauhi”? Bagaimana saya mengasihi setiap anak-anak yang Tuhan titipkan kepada saya? Bagaimana saya bisa menjadi ibu sekaligus kakak bagi mereka?

Ya, saya menangis ketika film itu diputar, betapa jauhnya saya untuk disebut sebagai “guru yang baik.” Ada satu pertanyaan yang membuat saya semakin remuk hati “Apakah kehadiran kakak di STAR membawa sukacita bagi anak-anak? Ataukah membawa ketakutan dan bencana bagi mereka?”

Mereka adalah permata-permata Sorga, mereka adalah bintang-bintang yang bersinar dikemudian hari, dan disini kita sebagai guru baik itu di sekolah minggu ataupun di sekolah sekuler membantu mengasah mereka menjadi emas-emas pada jamannya nanti.

Ya, ini segelintir berkat yang saya dapatkan minggu ini, saya bersyukur mendapat kesempatan mengajar mereka (calon penyanyi, calon dokter, calon polisi, calon gubernur, calon pengusaha, calon pendeta, dsb)  itu adalah mimpi-mimpi yang mereka sebutkan di awal tahun, ya saya percaya mereka akan mencapai mimpi-mimpi mereka.

Kakak, saudara/i, om, tante! Jangan pernah mempertanyakan “apa yang saya dapat kalau saya melakukan ini, melakukan itu?” tapi percayalah semua yang kita lakukan selama itu kepentingan Surga semua akan diperhitungkan.

Be blessed! Jesus loves you!!


0 comments:

Posting Komentar