Begitu
banyak pelayanan yang ada di gereja saya namun tahun 2008 saya memilih untuk
menjadi seorang guru sekolah minggu. Mengapa? Karena waktu saya duduk menjadi
murid sekolah minggu, ada satu pribadi “kakak” yang menginspirasi saya di
gereja saya dulu, karena kakak itu saya jadi belajar untuk berani tampil di
depan, berani berkreasi, berani bergaul dengan orang lain, berani belajar untuk
mengasihi orang lain lebih dari diri saya sendiri, belajar berdoa dengan rajin,
belajar memberikan waktu bagi murid-murid sekolah minggunya.
Sejak
itu, saya juga diteguhkan lewat mimpi banyak sekali anak-anak kecil dengan
pakaian sobek dan jelek sekali muka-muka mereka berteriak meminta tolong,
menangis dan sebagainya. Itu membuat saya terpanggil menjadi seorang guru sekolah
minggu. Awalnya saya kira mudah menjadi seorang guru, namun... kreativitas
guru, waktu seorang guru, kesetiaan seorang guru bahkan teladan seorang guru
itu sangat dilihat oleh murid-muridnya.
Jatuh
bangun, semangat, malas, jenuh sempat saya lewati, beberapa kali merasa jenuh
dengan pelayanan ini ingin mencoba pelayanan yang baru tapi berulang kali juga
Tuhan memanggil dan meneguhkan saya entah itu lewat FirmanNya ataupun lewat
hambaNya langsung. Pernah satu kali saya merasa sangat jenuh dengan pelayanan
ini saya harus bangun pagi setiap hari minggu dimana senin-sabtu saya sudah
banyak aktivitas yang saya jalani, setiap minggu saya harus bangun pagi untuk
ngajar sekolah minggu dan setelah itu jam 10 baru ibadah umum. Tapi saat itu
juga Tuhan bicara lewat hambaNya, ketika saya mau menghadap leader saya untuk
berhenti melayani saat itu juga ada pesan yang begitu kencang dan membuat saya
tercengang dimana leader saya berkata jangan sampai ketika Tuhan datang kita
sedang tidak mengerjakan pekerjaan Tuhan dan kita sedang bersantai-santai atau
bahkan kita tidak di ladangnya Tuhan.
Saat
itu saya memutuskan untuk meminta maaf sama Tuhan karena niat saya yang ingin
mengundurkan diri dari pelayanan saya, haaaaa.......
Padahal
dibalik itu, saya banyak hal sekali ketika mengajar anak-anak, belajar hal-hal
baru dari dunia mereka, saya dibawa kembali ke masa lalu saya dimana hidup saya
sangat ditolong dengan kehadirian kakak-kakak sekolah minggu. Dimana
senin-sabtu mungkin mereka memiliki masalah, beban dan tekanan yang tidak bisa
ia ceritakan kepada siapa-siapa entah itu omelan dari guru, tugas-tugas yang
menumpuk, omelan dari mama papa yang membuat anak-anak capek. Dan saat hari minggu banyak dari anak-anak
yang menanti-nantikan sekolah minggu untuk meluapkan rasa capek dan
masalah-masalahnya sehari-hari.
Oke
itu hanya pembukaan saja hahahah panjang ya, no.. i just want to share about
last Sunday, dimana seluruh kakak-kakak pembina STAR (Saya Tentara Surga)
adalah nama dari sekolah minggu di gereja saya, yak pada hari minggu lalu
tanggal 14 September kami ada gathering pembina acara gathering biasanya sih
hanya fellowship nyanyi dan main games tapi kali ini dibuat berbeda kami semua
diajak menonton sebuah film.
Saya
sempat bertanya sama leader saya, “Kak hari ini kita nonton apa sih?” karena
katanya durasi film yang cukup lama hampir 3 jam. O...ow. haha. Dijawablah
dengan Kak Rina, “Ada deh, nonton film India.”
Ohh
saya cuma mengangguk mengerti.
Setelah
makan lontong sayur nikmat pagi itu kami pun bergegas duduk manis karena acara
nonton bersama akan dimulai, pagi itu ruang doa Getsemani di isi dengan
kakak-kakak kurang lebih 40 orang ditambah lagi dengan para musisi. Ketika film
diputar benar banyak kakak-kakak yang kaget karena kami beneran nonton film
india, hahaha. Ada kakak-kakak yang anti dengan film India tapi ia berusaha
untuk taat sehingga mengikuti film sampai habis.
Film
itu berjudul Taaree Zameen Par – Every Child is Special – Aamir Khan
Production.
Ya,
film yang menyentuh dan menegur saya banyak hal yang dapat diambil, cerita dari
film ini adalah seorang anak bernama Ishaan yang kurang dalam kemampuan
menghitung dan menulis namun dibalik itu ia memiliki bakat yang luar biasa ia
bisa menuangkan imajinasinya lewat sebuah lukisan indah, sayang ayahnya hanya
menuntut anak ini untuk menjadi pribadi yang dapat “bersaing” sehingga ia
selalu dibanding-bandingkan dengan kakaknya yang sangat pintar dalam menghafal,
menghitung dan menulis, Yohan selalu menadapatkan juara kelas di sekolahnya.
Kata
hujantan, hinaan keluar dari teman-teman Ishaan bahkan dari mulut ayahnya
sendiri, “bodoh, idiot, pemalas, nakal, dsb.” Kehabisan akal kedua orangtuanya
berniat untuk memindahkan Ishaan ke asrama tengah semester ini karena guru di
sekolahnya saat ini mengatakan Ishaan akan tinggal kelas lagi karena tidak ada
perubahan dalam dirinya.
Dengan
berat hati Ishaan dipindahkan ke asrama, di sana ia juga tidak mengalami
perubahan karena cara mengajar guru yang otoriter dan membuat Ishaan semakin
takut dan tidak bisa menggali potensi yang ada dalam dirinya, ia jadi taut
bergaul hanya menunduk ke bawah, sempat ia seperti anak depresi yang ingin
bunuh diri, jauh dari keluarga dan
merasa sendiri, sedih dan tertolak.
Sampai
satu ketika ada seorang guru pengganti mata pelajaran keseniaan, bernama Nikumbh, cara mengajarnya yang seru, hati yang ramah dan dekat dengan anak-anak
membuat anak-anak nyaman berada dalam kelas itu. Namun tidak dengan Ishaan ia
terus merunduk ke bawah tanpa menghiraukan kehadiran “malaikat” baru di dalam
kelas itu, sampai akhirnya Nikumbh terdorong untuk mencari tahu apa yang
membuat Ishaan depresi seperti ini, takut dengan kehadiran orang lain. Ia
berusaha mencari kelemahan-kelemahan Ishaan segala cara ia lakukan bertemu
dengan keluarga Ishaan dsb.
Singkat
cerita, ia memberikan waktu lebih kepada Ishaan untuk mengajarnya menulis dan
membaca, disamping mengajar di sekolah itu Nikumbh juga memiliki yayasan
anak-anak berkebutuhan khusus jadi ia paham sekali bagaimana harus
memperlakukan anak-anak special ini. Sampai satu ketika Nikumbh membuat satu
lomba melukis yang cukup besar dan melibatkan para guru. Disitu terlihat dimana
guru-guru yang otoriter yang jago dalam bidang mereka masing-masing itu
kesulitan untuk melukis indah, ya... tapi Ishaan yang dianggap “idiot dan
bodoh” oleh guru-guru hebat itu ia bisa memenangkan lomba besar itu!!! Hasil
lukisannya dijadikan cover buku tahunan dalam sekolah itu, bahkan ia
mengalahkan gurunya yaitu Nikumbh ketika liburan sekolah, kedua orangtuanya Ishaan menjemput dan betapa terkejutnya mereka bahwa buku tahunan yang dipegang oleh seluruh orangtua hari itu adalah karya anaknya, lukisan indah penuh makna, dan yang lebih mengejutkan adalah ketika mengambil raport nilainya bagus dan membanggakan.
Tidak
selamanya anak-anak yang membutuhkan perlakuaan khusus itu adalah nakal dan
tidak bisa diatur. Disitu saya tertegur bagaimana cara saya mengajar anak-anak
selama ini? Masihkah saya memilih siapa anak-anak yang saya “sayangi”? siapa
anak2 yang saya “jauhi”? Bagaimana saya mengasihi setiap anak-anak yang Tuhan
titipkan kepada saya? Bagaimana saya bisa menjadi ibu sekaligus kakak bagi
mereka?
Ya,
saya menangis ketika film itu diputar, betapa jauhnya saya untuk disebut sebagai
“guru yang baik.” Ada satu pertanyaan yang membuat saya semakin remuk hati “Apakah
kehadiran kakak di STAR membawa sukacita bagi anak-anak? Ataukah membawa
ketakutan dan bencana bagi mereka?”
Mereka
adalah permata-permata Sorga, mereka adalah bintang-bintang yang bersinar
dikemudian hari, dan disini kita sebagai guru baik itu di sekolah minggu
ataupun di sekolah sekuler membantu mengasah mereka menjadi emas-emas pada
jamannya nanti.
Ya,
ini segelintir berkat yang saya dapatkan minggu ini, saya bersyukur mendapat
kesempatan mengajar mereka (calon penyanyi, calon dokter, calon polisi, calon
gubernur, calon pengusaha, calon pendeta, dsb)
itu adalah mimpi-mimpi yang mereka sebutkan di awal tahun, ya saya
percaya mereka akan mencapai mimpi-mimpi mereka.
Kakak,
saudara/i, om, tante! Jangan pernah mempertanyakan “apa yang saya dapat kalau
saya melakukan ini, melakukan itu?” tapi percayalah semua yang kita lakukan
selama itu kepentingan Surga semua akan diperhitungkan.
Be
blessed! Jesus loves you!!
0 comments:
Posting Komentar