Jumat, 07 Februari 2014

MY ROLE MODEL

Tertegun ketika siang ini melihat kalender adalah tanggal 6 Februari 2014. Bulan baru di tahun yang baru, ya! tapi bukan itu yang membuat saya terdiam sejenak, tapi tanggal hari ini adalah tanggal ENAM. 

Ijinkan saya membawa kalian semua ke dalam masa lalu saya, saya bersyukur dapat lahir dikeluarga yang terbilang kecil (dalam hal jumlah) karena hanya lima orang saja di dalamnya. Tapi, saya diberikan anugerah untuk menjalani hidup saya selama 21 tahun bersama dengan seorang wanita-wanita yang luar biasa. Tapi, kali ini saya hanya ingin menceritakan seorang wanita hebat, wanita yang menyerahkan hidup sepenuhnya ke dalam tangan yang Kuasa. Saya teringat masa kecil saya selalu diisi dengan canda-tawanya, kebaikannya, dia merupakan wanita yang saya cintai bahkan sebelum saya mencintai Ibu saya. Jadi, ibu saya urutan kedua kira-kira begitu. *Peace,Ma* No, mereka berdua ada di posisi yang sama kok di hati saya :) 
Saya melihat kesetiaannya dalam menjaga saya sewaktu saya kecil, menuntun saya ketika kaki ini belum mampu untuk berjalan sendiri, menyuapi saya ketika tangan saya belum kuat untuk memegang sendok sendiri, mengajari saya berdoa ketika saya belum tahu cara yang benar untuk berdoa, menyebut nama saya setiap ia berdoa, mengantar saya ke sekolah dengan naik berkali-kali angkutan umum kala itu, membuatkan sarapan pagi untuk saya dengan menu-menu yang saya sukai, membela saya apapun keadaannya, selalu melayani teman-teman saya yang datang ke rumah, dan banyak lagi! 

Cinta dengan Tuhan tidak pandang jarak. Mungkin kalimat itu yang bisa menggambarkan gigihnya wanita ini, dengan usia yang tidak lagi muda, ia masih berjuang dan antusias untuk terus melayani Tuhan meskipun jarak terbentang di depan mata. Dulu kami tinggal di Dadap dekat Bandara, karena kami sekeluarga sudah memutuskan untuk pindah gereja yang lebih dekat maka kami tidak lagi bergereja di GBI Trikora, tapi wanita ini terus dan kekeh untuk stay di sana sampai akhir hayatnya. Untuk menempuh perjalanan dari rumah kami ke GBI Trikora dibutuhkan waktu seperti ini kira-kira, harus berjalan kaki dulu sampai ke depan perumahan yang kira-kira mamakan waktu 20 menit, dan naik angkutan umum BOGA sampai ke rawabokor harus lanjut lagi dengan KOPAJA 98, dan selanjutnya harus naik angkutan umum lainnya sampai ia benar-benar turun di depan gang kecil gereja itu. Bayangkan setiap minggu ia harus menempuh jalan seperti itu. Disuruh naik taksi ia tidak pernah mau, dulu keluarga kami belum mampu untuk mempunyai supir jadi ya apa daya kami hanya berusaha untuk melarangnya terus bergereja di sana. Tapi kami selalu GAGAL. Pendiriannya kuat. 

Umurnya pun semakin bertambah. Tapi kedekatannya dengan Bapa di Sorga pun ikut bertambah sehingga begitu banyak kemustahilan yang ia rasakan, bahkan saya sendiri pun takjub. Pertama, sempat di vonis dokter bahwa ia punya serangan jantung tapi lambat laun dengan imannya bahwa ia akan sembuh dan terjadi! Selanjutnya berkali-kali ia terkena STRUK yang mengharuskan ia menggunakan tongkat untuk tumpuan berjalan, obat-obatan yang begitu banyak. Dan, ketika itu ia memiliki iman yang mungkin kami belum bisa lihat pada waktu itu. Kesenangannya adalah bangun pagi-pagi untuk berdoa dan beres-beres rumah, dan ketika pagi itu ia bangun dan mendengarkan radio heartline, seorang pendeta mengajak para pendengar untuk mengambil minyak sayur dan usapkan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan menjamah. Pagi itu ia membuang tongkatnya dan seluruh obat-obatannya. DAN…. Ia yang sudah tak mampu berjalan selincah dulu kembali di tengah-tengah kami dengan kaki yang baru, kaki yang kuat kembali. 

Jika ingin diceritakan tidak cukup waktu. Sampai Tuhan mengijinkan penyakit Tiroid mengambil hidupnya, tapi.. saya percaya Tuhan sudah melihat perjalanan dan kesetiannya, sehingga tidak lama proses kepergiannya. Ketika itu sudah mulai terlihat sebuah jendolan dilehernya, dokter tidak menyuruh kami untuk operasi. Tapi, semakin lama itu semakinmenggangu, sampai akhirnya kami memutuskan untuk dioperasi setelah itu dokter baru memberitahu kami bahwa hasilnya adalah jendolan itu Kanker stadium 4. Oh, perjalanan panjang selama beberapa bulan itu, saya melihat ia berjuang demi kesembuhannya. Saya menemani dia, berapa kali tengah malam ia membangunkan saya untuk kami berdoa bersama. Karena, kanker ini sudah tingkat akhir maka dokter memberi solusi untuk kami menjalani laser agar sel-sel kankernya tidak menyebar. Singkat cerita kondisi semakin drop dengan dilaser. Detik-detik dimana ia tidak sanggup lagi untuk bernafas dengan organ yang ia miliki, ia berjuang bersama dengan  tabung oksigen. 

Kondisinya semakin lemah. Tapi, rohnya terus menyala, ditengah kesesakannya ia menyanyikan sebuah lagu "Kumau Cinta Yesus Selamanya." 

Tanggal 8 Desember seharusnya hari itu adalah hari natal bersama yang akan dilayani oleh jemaat GBI TRIKORA, ibu saya sengaja mengadakan natal tersebut di rumah karena melihat kondisi wanita kesayangan kami sudah semakin melemah. 

Tapi, rencana Tuhan beda. Tanggal 4 Desember jam 11 malam saya masuk ke kamar, dan tiba-tiba saya bertanya… "Mak, jika Tuhan datang saat ini, emak uda siap belum?" dengan mantap ia menjawab, "Sudah ce." 

Setelah itu saya mengajaknya untuk tidur karena hari sudah larut malam. 

Tanggal 6 Desember 2013, seharusnya saya diajak oleh teman laki-laki saya semacam"ngedate" gitu ya, dan oleh karena satu dan lain hal batal itu pada pagi harinya. Dengan menggunakan taxi saya pulang kerja magang sore itu, di taxi saya mendapat kabar bahwa wanita yang saya kasihi itu sudah tidak ada. Bayangkan betapa kecewanya saya dan air mata tidak bisa saya bendung lagi. Sore itu jakarta hujan dan macet di depan mall puri indah. 

Saya tidak dapat kabar dari mama papa atau orang rumah saya, saya dapat kabar dari akun twitter salah seorang teman saya. Saya langsung telepon mama saya, dan mama saya sudah tidak kuat berbicara, dia blg "Kamu tenang Ce, Emak baik-baik saja.", Saya minta mama saya untuk berikan teleponnya kepada Nenek saya, dan saya teriak sekencang-kencangnya "Mak, TUNGGU CC! CC DATANG SEBENTAR LAGI." 

SAya memohon supir taxi untuk pacu kecepatannya di dalam tol, saya nangis tidak berhenti saya berdoa saya minta berikan waktu sedetik saja untuk saya dapat menghantar kepergiannya. 

Dan, sampailah saya di rumah jam 8.30 kira-kira. Ternyata Tuhan mendengar doa saya, ia masih bernafas dan membuka mata ketika saya datang memeluknya. Orang-orang berdatangan ingin melihat kondisinya, semua orang mengasihinya karena kesetiaannya, kebaikananya, ketulusannya semasa hidupnya. Ia masih belum menghembuskan nafas terakirnya karena Gembala Sidang di GBI Trikora belum hadir, Ayah saya pun belum hadir. Ketika Ayah saya sampai, ia tidak lagi membuka mata tapi ia menggerakan kakinya sebagai tanda bahwa ia bahagia, ia sudah sembuh, ia sudah sehat di kehidupan kekal yang sebentar akan ia jalani. 

Sudah terkumpul di rumah saya semua anak cucu menantunya, begitu ramai. Kami terus berdoa dan menyembah, sampai lagu terakhir kami nyanyikan yaitu "Ku di TanganMu, ku di hatiMu, di pikiranMu, di rencanaMu tak pernah ku sendiri…"  Ia batuk tiga kali, dan nafas terakhir dihembuskan……. 

Diusianya yang ke 79 Tahun, pada tanggal 6 Desember 2013 ia wanita yang hebat adalah Nenek yang begitu saya kasihi, yang menjadi idola dalam hidup saya. Telah pulang ke rumah Bapa di Sorga…. 

Raga mu tak lagi ada di tengah-tengah kami, Mak. Tapi, kasih, kesetiaan, canda tawamu masih ada di tengah-tengah kami sampai detik ini. Kami mencintaimu. 
<3 


ILOVEYOU
ILOVEYOU

2 comments:

Anita Bong mengatakan...

Aku terharu.... TT_TT

Thank you udah sharing...kisah hidup oma anda sangat memberkatiku :)

mey diana sari mengatakan...

Hai sis :) ya sama-sama senang bisa berbagi cerita. Semoga kisah emak bisa menjadi panutan untuk kita generasi muda :) GBU

Posting Komentar